PERADAPAN ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN
MUGHOL DI INDIA
Makalah ini Diajukan sebagai Salah Satu Tugas
Mata Kuliah“ Sejarah Peradapan Islam ”
Dosen Pengampu:
Amrul Mutaqin, M.EI
Disusun oleh :
M. Asnal Matholib ( 9313 085 10 )
Khamim Tohari ( 9313 090 10 )
JURUSAN SYARI’AH
PRODI EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) KEDIRI

BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan
peristiwa yang unik dan berlaku. Hanya sekali dan tidak terulang untuk yang
kedua kalinya[1]. Oleh
karena itu, ada pandangan bahwa masa silam tidak perlu dihiraukan lagi, anggap
saja masa silam itu ”kuburan”. Pandangan ini tentu saja sangat subyektif dan
cenderung apriori sekaligus tidak memiliki argumentasi yang kuat. Tapi
bagaimanapun sebuah perirtiwa pada masa silam bisa dijadikan pandangan untuk
kehidupan yang akan datang agar lebih baik.
Seperti takdir yang telah Allah tentukan di setiap kehidupan
di muka bumi ini. Mengalami masa pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik
puncaknya akan mengalami masa kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda
yang berputar.
Kemunculan tiga kerajaan Islam yaitu
Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India
telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban islam. Kerajaan
Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni
(1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih
kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan
di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti takdir yang telah Allah
tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah
kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah
pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu,
masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab
kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Demikian
pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak memberikan
kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kemunduran-kemunduran inilah yang
akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap
kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
Sejak Islam masuk ke India pada masa
Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin
oleh panglima Muhammad Ibn Qasim[2].
Peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam
di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta
mengislamkan sebagian masyarakatnya[3].
India pada tahun 1020 M Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil
yang menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug,
dan yang terakhir Dinasti Lodi yang didirikan Bahlul Khan Lody[4].
Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk
sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana pada saat itu mengalami
kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu
membangkitkan semangat ummat Islam di India.
Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan
Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti
sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar
dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal
sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada
dinasti Abbasiyah.
Dengan berpinjak pada hal tersebut,
maka kami akan menyajikan beberapa pembahasan pada makalah kami ini, yang
berkaitan dengan Kerajaan Mughal di India
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
asal mula kerajaan Mughal di India?
2. Apa
sajakah kemajuan-kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal di India?
3. Apakah
sebab-sebab kemunduran kerajaan Mughal di India?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan
dari kesultanan Delhi[5],
sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium
India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia
dan bangsa India. Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India.
Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka
kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam
periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah
sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan Mughal ini didirikan oleh
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530M)[6]
salah satu dari cucu Timor Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur
mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia
berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di
Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena
mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan
Samarkand pada tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki
Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan
ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda krisis,
sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim
Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul,
meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lody di Delhi[7].
Permohonan itu langung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil
menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya
menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di
Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu.
Babur memaski kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di
sana. Dengan demikian berdirilah Kerajaan Mughal di India.
Dari pendapat di atas, sesuatu yang
dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk,
dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal
telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya
identik dengan agama Hindu.
Babur bukanlah orang India[8].
Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan orang Mughal. Di dalam memoarnya dia
menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang
didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan
umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan
meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai
nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu,
dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu.”
Dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
- Ambisi
dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
- Sebagai
jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya Kerajaan
Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat memerintah
adalah:
- Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja
pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan
untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih
menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang
tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera
menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam
suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali
menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada
pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun
1529. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
- Humayun (1530-1556), Sepeninggal
Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun.
Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M).
Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan
periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan
musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil
mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud
melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan
dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia
melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia kembali menyusun
kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama
Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di
Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada
tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun kemudian, yakni pada
tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya Akbar.
- Akbar
(1556-1605), Pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial.
Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal
sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Ketika menerima tahta
kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan
pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi’ah. Di
awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa
keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang
paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh
Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha
memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut
sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun
1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan
demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia
berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat
kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam Khan
memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur[9] tahun 1561 M. Setelah
persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun
program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar,
Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar
menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar[10].
Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal[11].
Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan
Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu
menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang
membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di
India.
- Jahangir
(1605-1627), Kepemimpinan Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer
yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan pemberontakan berhasil
dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan damai[12]. Pada masa
kepemimpinannya, Jehangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar
(1614 M) Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia
lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
- Syah
Jihan (1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi
mulai tumbuh pada pemerintahannya[13]. Hal ini sekaligus
menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughal. Dalam masa
pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa
pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan
mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela
kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir
Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan
ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631 pemberontakan inipun
dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis
di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi
hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen.
Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut
hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657, setelah
menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang
saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti
Mughal berikutnya.
- Aurangzeb
(1658-1707), Aurangzeb (1658-1707) menghadapi tugas yang berat.
Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat perang
saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian
kedaulatan umat Islam. Penulis menilai periode ini merupakan masa
konsolidasi II Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri
Islam. Aurangzeb berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai
kabur akibat kebijakan politik keagamaan Akbar.
- Bahadur
Syah (1707-1712), Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang
lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri.
Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran Kerajaan
Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan
Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur
Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan
sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang
paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad
Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri.
Dalam pertempuran yang terjadi pada
tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan
sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal terbunuh oleh komplotan Sayyid
Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat Muhammad Syah
(1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan
Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya
perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan
pusat tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya untuk
melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
- Jehandar (1712-1713), Pada masa
pemerintahan Syah Alam (1760-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari
serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah
Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan. Akbar
II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak
Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menjamin
penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India.
- Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah
(1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah
disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah
dengan pihak Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir
dari istana pada tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan
kerajaan Islam Mughal di India.
B.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan
Mughal
1.
Bidang
Politik dan Administrasi Pemerintahan
·
Perluasan wilayah. Ia berhasil
menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar,
Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah[14].
dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan
Aurangzeb.
·
Menjalankan roda pemerintahan
secara, pemerintahan militeristik.
·
Pemerintahan daerah dipegang oleh
seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar
(komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak
kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan
kemiliteran.
·
Akbar menerapkan politik toleransi
universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama.
Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama[15].
Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh
penguasa Islam.
·
Pada Masa Akbar terbentuk landasan
institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit
militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan,
Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang
panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
·
Para pejabat dipindahkan dari sebuah
jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang
besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang
diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang
diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya
hak pakai.
·
Wilayah imperium juga dibagi menjadi
sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh
pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk
mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
2.
Bidang
Ekonomi
·
Terbentuknya sistem pemberian
pinjaman bagi usaha pertanian.
·
Adanya sistem pemerintahan lokal
yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap
perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan
muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan,
bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan
menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah
dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
·
Sistem pengumpulan pajak yang
diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan
dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan
pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut
didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir.
Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat
lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam
pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada
seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan
terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana
(uang pajak) dari zamindar.
·
Perdagangan dan pengolahan industri
pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada
The British East India Company (EIC) (Perusahaan Inggris-India Timur) untuk
menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor
katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan
mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar[16].
3.
Bidang
Agama
·
Pada masa Akbar, perkembangan agama
Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa
itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi.
Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam.
Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan
sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya
mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut
mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang
di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di
Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi
dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu
merupakan (semacam Ideologi/dasar pemerintahan Akbar) dan Pancasilanya bagi
bangsa Indonesia.
·
Perbedaan kasta di India membawa
keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam
langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta
rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang
angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa
Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu
percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam
India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
·
Berkembangnya aliran keagamaan Islam
di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik.
Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan
pengaruhnya.
·
Pada masa ini juga dibentuk sejumlah
badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, tariqat Sufi,
persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri
dari warga Sunni dan Syi’i.
·
Pada masa Aurangzeb berhasil disusun
sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan
fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan
dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i-
Ilahi.
4.
Bidang
Seni dan Budaya
·
Munculnya beberapa karya sastra
tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan
Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini
Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
·
Kerajaan Mughal termasuk sukses
dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur
pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid
Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat
Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam
(1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki
(1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota
Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur,
berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
·
Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan
gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan
lokal.
C.
Sebab-sebab kemunduran dan
keruntuhan Kerajaan Mughal
Raja-raja pengganti Aurangzeb
merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik
dalam negeri. Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan indikator
sebagaimana berikut:
1. Internal;
Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
2. Eksternal;
Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di
Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur,
dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
3. Dominasi
Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC
mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan
istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan
cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama
Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
4. Mereka
meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
mengembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat
India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat
dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam
terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah
banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana
(1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di
daratan India.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
2. Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua
pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan[17].
BAB III
KESIMPULAN
A. Asal
usul Kerajaan Mughol merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia
menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim
yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa
India. Kerajaan Mughal ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur
(1526-1530M) salah satu dari cucu Timor Lenk. Ayahnya Umar Mirza, penguasa
Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih
berusia 11 tahun. Dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal
adalah:
1. Ambisi
dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia
2. Sebagai
jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
B. Kemajuan yang dicapai Kerajaan
Mughal:
1. Bidang Politik dan
Administrasi Pemerintahan
2. Bidang Agama
3. Bidang Ekonomi
4. Bidang Seni dan Budaya
C. Sebab-sebab kemunduran dan keruntuhan Kerajaan
Mughal:
1. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di
wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim
Mughal.
2. Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
3. Pendekatan
Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh
sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua
pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung :
Pustaka Setia, 2008
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada,1993
Ensiklopedi Islam,
Cetakan keempat, Jild 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta:PT ICHTIAR BARU VAN HOEVE, 1997
M. Mujib, The Indian Muslim, London
: George Alen, 1967
http://www.
hidayatullah.com/kolom/worldviews/9687-fakta-sejarah
0 comments:
Post a Comment