Tuesday, November 27, 2012

Hadist Jual beli


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Blakang Masalah
Sebagai makhluk social, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Allah SWT berfirman : “Dan Carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagai mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Az Zumar : 39)
Dalam pembahasan fiqih mu’amalah, akad jual beli digunakan sebagai alat bertransaksi, dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan mencoba untuk menguraikan mengenai berbagai hal yang terkait dengan akad jual beli  dalam pelaksanaan muamalah di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pengertian akad Jual beli dalam, bahasa Arab terdiri dari dua kata yang mengandung makna berlawanan yaitu Al Bai’ yang artinya jual dan Asy Syira’a yang artinya Beli. Menurut istilah hukum Syara, jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
1.         Hukum Jual beli
Orang  yang  terjun dalam bidang usaha jual beli harus mengetahui hukum jual beli agar dalam jual beli tersebut tidak ada yang dirugikan, baik dari pihak penjual maupun pihak pembeli. Jual beli hukumnya mubah. Artinya, hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
Artinyaya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”QS.AnNisa:29

Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan sebagai berikut.
" إنما البيع عن تراض "(رواه ابن ماجه)
Artinya : “Sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka suka sama suka.” (HR Bukhari)

ﺃﻠﺒﻴﻌﺎﻥ ﺑﺎ ﻟﺨﻴﺎﺭ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻴﺘﻔﺮﻗﺎ ( ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ ﻭ ﻤﺴﻠﻢ)

Artinya : “ Dua orang jual beli boleh memilih akan meneruskan jual beli mereka atau tidak, selama keduanya belum berpisah dari tempat akad.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang melakukan jual beli dan tawar menawar dan tidak ada kesesuaian harga antara penjual dan pembeli, si pembeli boleh memilih akan meneruskan jual beli tersebut atau tidak. Apabila akad (kesepakatan) jual beli telah dilaksanakan dan terjadi pembayaran, kemudian salah satu dari mereka atau keduanya telah meninggalkan tempat akad, keduanya tidak boleh membatalkan jual beli yang telah disepakatinya.

2.      Rukun dan syarat Jual Beli
Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi.

a.       Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya
Orang gila tidak sah jual belinya. Penjual atau pembeli melakukan jual beli dengan kehendak sendiri, tidak ada paksaan kepada keduanya, atau salah satu diantara keduanya. Apabila ada paksaan, jual beli tersebut tidak sah.


b. Syarat Ijab dan Kabul
Ijab adalah perkataan untuk menjual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjual mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Kabul adalah ucapan si pembeli sebagai jawaban dari perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 25 juta rupiah. Sebelum akad terjadi, biasanya telah terjadi proses tawar menawar terlebih dulu.
Pernyataan ijab kabul tidak harus menggunakan kata-kata khusus. Yang diperlukan ijab kabul adalah saling rela (ridha) yang direalisasikan dalam bentuk kata-kata. Contohnya, aku jual, aku berikan, aku beli, aku ambil, dan aku terima. Ijab kabul jual beli juga sah dilakukan dalam bentuk tulisan dengan sarat bahwa kedua belah pihak berjauhan tempat, atau orang yang melakukan transaksi itu diwakilkan. Di zaman modern saat ini, jual beli dilakukan dengan cara memesan lewat telepon. Jula beli seperti itu sah saja, apabila si pemesan sudah tahu pasti kualitas barang pesanannya dan mempunyai keyakinan tidak ada unsur penipuan.

c.       Benda yang diperjualbelikan
1) Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi sarat sebagai berikut
2) Suci atau bersih dan halal barangnya
3) Barang yang diperjualbelikan harus diteliti lebih dulu
4) Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang lain
5) Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan
6) Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir (spekulasi)
7) Barang yang dijual adalah milik sendiri atau yang diberi kuasa
8) Barang itu dapat diserahterimakan


3. Perilaku atau sikap yang harus dimiliki oleh penjual
a.     Berlaku Benar (Lurus)
Berperilaku benar merupakan ruh keimanan dan ciri utama orang yang beriman. Sebaliknya, dusta merupakan perilaku orang munafik. Seorang muslim dituntut untuk berlaku benar, seperti dalam jual beli, baik dari segi promosi barang atau penetapan harganya. Oleh karena itu, salah satu karakter pedagang yang terpenting dan diridhai Allah adalah berlaku benar.
Dusta dalam berdagang sangat dicela terlebih jika diiringi sumpah atas nama Allah. “Empat macam manusia yang dimurkai Allah, yaitu penjual yang suka bersumpah, orang miskin yang congkak, orang tua renta yang berzina, dan pemimpin yang zalim.”(HR Nasai dan Ibnu Hibban)


b. Menepati Amanat
Menepati amanat merupakan sifat yang sangat terpuji. Yang dimaksud amanat adalah mengembalikan hak apa saja kepada pemiliknya. Orang yang tidak melaksanakan amanat dalam islam sangat dicela.
Hal-hal yang harus disampaikan ketika berdagang adalah penjual atau pedagang menjelaskan ciri-ciri, kualitas, dan harga barang dagangannya kepada pembeli tanpa melebih-lebihkannya. Hal itu dimaksudkan agar pembeli tidak merasa tertipu dan dirugikan.


c. Jujur
Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur. Kejujuran merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam jual beli karena kejujuran akan menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat merugikan salah satu pihak. Sikap jujur dalam hal timbangan, ukuran kualitas, dan kuantitas barang yang diperjual belikan adalah perintah Allah SWT.
Sikap jujur pedagang dapat dicontohkan seperti dengan menjelaskan cacat barang dagangan, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya
“Muslim itu adalah saudara muslim, tidak boleh seorang muslim apabila ia
berdagang dengan saudaranya dan menemukan cacat, kecuali diterangkannya.”
Lawan sifat jujur adalah menipu atau curang, seperti mengurangi takaran, timbangan, kualitas, kuantitas, atau menonjolkan keunggulan barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Hadis lain meriwayatkan dari umar bin khattab r.a berkata seorang lelaki mengadu kepada rasulullah SAW sebagai berikut “ katakanlah kepada si penjual, jangan menipu! Maka sejak itu apabila dia melakukan jual beli, selalu diingatkannya jangan menipu.”(HR Muslim)


d. Khiar
Khiar artinya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan kesepakatan (akad) jual beli atau mengurungkannya (menarik kembali atau tidak jadi melakukan transaksi jual beli). Ada tiga macam khiar yaitu sebagai berikut.

1) Khiar Majelis
Khiar majelis adalah si pembeli an penjual boleh memilih antara meneruskan akad jual beli atau mengurungkannya selama keduanya masih tetap ditempat jual beli. Khiar majelis ini berlaku pada semua macam jual beli.


2) Khiar Syarat
Khiar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan atau mengurungkan jual beli setelah mempertimbangkan satu atau dua hari. Setelah hari yang ditentukan tiba, maka jual beli harus ditegaskan untuk dilanjutkan atau diurungkan. Masa khiar syarat selambat-lambatnya tiga hari

3) Khiar Aib (cacat)
Khiar aib (cacat) adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila barang tersebut diketahui ada cacatnya. Kecacatan itu sudah ada sebelumnya, namun tidak diketahui oleh si penjual maupun si pembeli. Hadis nabi Muhammad SAW. Yang artinya : “Jika dua orang laki-laki mengadakan jual beli, maka masing-masing boleh melakukan khiar selama mereka belum berpisah dan mereka masih berkumpul, atau salah satu melakukan khiar, kemudian mereka sepakat dengan khiar tersebut, maka jual beli yang demikian itu sah.” (HR Mutafaqun alaih)



 PEMBAHASAN
" إنما البيع عن تراض "(رواه ابن ماجه)

A.      Uraian Persoalan
Dari hadits di atas dapat di ambil sebuah hukum fiqih yang dapat di terapkan dalam hal ekonomi
1.      Pengertian akad jual beli
2.      Dasar hukum jual beli
3.      Rukun dan syarat jual beli
4.      Prilaku atau sikap yang harus di miliki seorang penjual


B.       Hadits dan Terjemahannya
Hadits
حدثنا العباس بن الو ليد الد مشقي ثنا مروان بن محمد ثنا عبد العزيز ابن محمد عن داود بن صا لح المد ني عن أبيه قال: سمعت أبا سعيد الخدري يقول: قال رسول الله صل الله عليه وسلم سئل: " إنما البيع عن تراض "
(رواه ابن ماجه)
Perbandingan Hadits
إنما البيع عن تراض
جه تجارات 18،، حم 2، 32
حدثنا الْعَبَاسُ بْنُ الْوَ لِيدِ الدِمَشْقِي. ثنا مَرْوَانُ بْنُ مُحَمدٍ. ثنا عَبْدُ الْعَزِيزِ ابْنُ مُحَمدٍ، عَنْ دَاوُدَ بْنُ صَا لِحٍ الْمَدَ نِي، عَنْ أَبِيهِ؛ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِي يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ الله صَلَ الله عَلَيهِ وَسَلَم (( إِنَمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ ))
في كتاب تجارات، باب بيع الخيار
Terjemah: “Al-Abbas bin al-Walid al-Dimasyqi bercerita kepada kami, Marwan bin Muhammad bercerita kepada kami, ‘Abd al-‘Aziz bin Muhammad bercerita kepada kami, dari Dawud bin Shahih al-Madani, dari bapaknya, ia berkata: Saya telah mendengar Abu Sa’id al-Khudri berkata: Rasul saw., Bersabda: ”Hanyalah sesungguhnya jual beli itu berdasarkan saling rela”.
Matn Hadits
إِنَمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ

Topik Hadits
بيع الخيار
Periwayatan

No. Urut Sanad
No. Urut Perawi
Nama Perawi
Bentuk Periwayatan
Nara Sumber
1
2
3
4
5
6
6
5
4
3
2
1
Mukharij
عباس بن الْو ليد الدمشق
مروان بن محمد
عبد الْعزيز ابن محمد
داود بن صا لح الْمد ني
أَبيه
ابوسعيد الخدري
 ماجهابن
حدثنا
حدثنا
حدثنا
عَنْ
عَنْ
سَمِعْتُ
رسول الله
 صل الله عليه وسلم


C.    Nilai Hadits dalam al-Jami’ al-Shagir
2551  ـ  إِنَمَا الْبَيْعُ عَنْ تَرَاضٍ .(5) عن ابي سعيد (ح).

D.    Isi Kandungan Hadits
 2551 - (( إنما البيع )) ا ي الجا ئز الصحيح شر عـأ الذي يترتب عليه أثره من انتقال الملك هو ما صدر ((عن تراض)) من المتعاقد ين بخلا ف ما لو صدر بنحو إكراه فلا أثر له بل المبيع باق علي ملك لبا ئع وإن صدرت صورة البيع وأفاد بإناطة الانعقاد بالر ضى اشتراط الصيغه لوجود صورته الشر عيه في لو جود لأن الرضى خفي لا يطلع عليه فاعتبر ما يدل عليه وهو الصيغة ((تنبيه)) قال الأبي وغيره العرب لبلا غتها وحكمتها وحرصها على تادية المعنى للفهم باخص وجه تخص كل معنى بلفظ وإن شارك عيزه في أكثر وجوهه ولما كانت الأملاك تنتقل عن ملك مالكيها بعوض وبدونه سموا المنتقل بعوض بيعأ وحقيقة البيع أنه نقل ملك وقبة بعوض وقد اختلفت الطرق في تعريف الحقائق الشرعية فمنهم من بعرفها من حيث صدقها على الصحيح والفاسد كتعريف بعضهم البيع بأنه دفع عوض في معوض منهم من يعر فها من حيث صدقها على الصحيح فقط لأنه المقصود كتعريف من عرفه بانه نقل ملك قبة بعوض على وجه مخصوص فالفاسد لاينقل الملك وتعقب ابن عبد السلام هذا التعريف بانه نقل لملك للمبيع لانفسه قال والبيع غني عن التعريف لأن حقيقته معلومة حتى للصبيان ورد بأن المعلوم خفي لهم وقوعه لا حقيقتة واما انقسامه إلى بت وخيار ومرابحة وغائب وحاضر ومعين وهي الذمة فهم نمسير له باعتبار عوارضه وإلا فحقيقته واحدهة ((عن أبي سعيد)) الخدري قال قدم يهودي بتمر وشعير
قد أصاب الناس جوع فسألوه أن يسعر لهم فأبى وذكره.

Arti terjemahannya:
((Jual Beli)) Yang di perbolehkan (sah) menurut syara’ yaitu jual beli yang tertib (sesuai aturan syara’) ya’ni adanya bekas perpindahan barang kepemilikan yang d kluarkan atas dasar saling ridho antara penjual dengan pembeli, kecuali jika adanya pemaksaan maka tidak ada pemindahan kepelikan, walaupun barang tersebut tetap miliknya penjual, dengan catatan penjual memberikan kepercayaan pada akadnya dengan wujud ridho. Gambaran wujudnya ridho itu tidak terlihat, karena keridho’an itu tidak terlihat maka bisa dapat dilihat melalui tanda-tandanya. ((pemberitahuan)) Pendapat Ubay dan orang Arab lainya bangga tergadap aturan yang umumnya itu menjelaskan seghat dengan memahami maknanya dan memahami spesifiki makna perkata. Jika bagian yang lainnya lebih dari aspeknya (persoalan jual beli)banyak metode yang berbeda dalam mendefinisikan jual beli yang sah. Beberapa dari ulama’ memahami hal keikhlasan jual beli yang sah yaitu menyerahkan harta atas dasar saling rela dengan menukar barang yang di inginkan. Sebagian ulama’ yang lain seghat jual beli di tinjau dari kebenaran yang sah,karena tujuan jual beli seperti definisinya ulama’ bahwa jual beli itu kepemindahan kepemilikan barang dengan pengganti atas cara tertentu.sesuatu yang rusak itu tidak bisa pindah kepemilikan karena perjanjian yang rusak itu kepemilikannya tidak bisa di pindah. Ibnu Abu Salam memiliki definisi jual beli itu tidak perlu definisi karena jual beli itu sudah maklum (jelas),sampai anak kecil itu boleh melakukannya dan maklum bagi orang banyak. Adapun pembagian akad jual beli yang jelas yaitu khiyar, murobahah, baik yang tidak ada dan yang ada harus sesuai tanggung jawab dan semuanya itu memberikan laporan penjelasan yang baru apabila tak seperti itu ((untuk Abu Said)) Khudri berkata kaki Yahudi dibuat kurma dan jagung, sehingga telah mempengaruhi orang-orang bahwa mereka bertanya kepadanya, kelaparan adalah harga mereka dan ia menolak dan mengingatkan.


2 comments:

sablon cup said...

mantap artikelnya.

bisnis online menguntungkan www.kiostiket.com

Slot Joker3999 said...

Joker123

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host